Banjarmasin, Kabarkriminal.online –
Gurih, renyah, dan penuh cita rasa. Itulah kesan yang didapat siapa pun yang mencicipi keripik tempe merek Asteda, hasil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Banjarmasin. Produk ini lahir dari program pembinaan keterampilan yang terus digalakkan sebagai bekal kemandirian setelah bebas nanti.
Proses produksi dilakukan secara mandiri oleh WBP yang telah mendapatkan pelatihan. Jamal, yang bertugas pada tahap peragian tempe, menuturkan bahwa efisiensi bahan menjadi salah satu kunci keberhasilan produksi.
“Satu kilogram bahan mentah bisa menghasilkan 7–8 kilogram tempe siap produksi,” ujarnya.
Tempe hasil fermentasi tersebut kemudian diolah menjadi keripik tempe gurih yang kini digemari banyak pihak.
Kalapas Kelas IIA Banjarmasin, Akhmad Herriansyah, mengungkapkan rasa bangganya terhadap produk ini.
“Keripik tempe Asteda jadi cemilan favorit saat kunjungan keluarga WBP maupun kunjungan tamu dari pejabat dan anggota dewan. Ini suatu kebanggaan karena cita rasa keripik tempe Asteda jadi incaran banyak orang,” ungkapnya.
Senada, Aulia Rizki Utama, staf Giatja yang aktif mendampingi proses produksi, berharap keterampilan yang diperoleh WBP dapat menjadi bekal usaha setelah bebas.
“WBP yang sudah mendapat bimbingan dan pelatihan pada kegiatan pembuatan keripik tempe ini diharapkan bisa lebih berkembang nantinya di luar, setelah bebas dari pembinaan di Lapas Banjarmasin,” tuturnya.
Lebih dari sekadar camilan, keripik tempe Asteda menjadi simbol bahwa karya besar bisa lahir dari tempat yang tak terduga. Melalui program ini, Lapas Banjarmasin membuktikan bahwa pembinaan yang tepat mampu menghadirkan kualitas, rasa, dan harapan bagi masa depan WBP. (Humas Lapas Banjarmasin)