Nias Selatan – Kabarkriminal.online
Dunia pendidikan di Kabupaten Nias Selatan kembali tercoreng oleh dugaan penyimpangan dana pendidikan. Kali ini, sorotan tajam mengarah ke SDN 078471 Bersaudara Botohili, Desa Botohilinduria, Kecamatan Lolomatua. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat menanam nilai kejujuran dan pendidikan moral, justru diduga menjadi ladang basah bagi oknum yang tidak bertanggung jawab.
Berdasarkan hasil investigasi gabungan tim media Bongkarperkara dan Liputan7.id, ditemukan banyak kejanggalan dalam pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang nilainya mencapai Rp 76.860.000 per tahun. Dana sebesar itu seharusnya digunakan untuk menunjang sarana, prasarana, dan peningkatan kualitas belajar siswa. Namun, kondisi lapangan justru memperlihatkan kebalikannya — sekolah tampak tidak terawat, buku perpustakaan minim, fasilitas rusak, dan WC sekolah tak layak pakai.
Ketika tim media mencoba melakukan klarifikasi, para guru di sekolah tersebut tampak ketakutan dan enggan berkomentar. Kepala Sekolah berinisial FG disebut sedang menghadiri rapat kerja (Raker) di Kecamatan Lolomatua bersama Bupati Nias Selatan. Namun anehnya, hingga berita ini diterbitkan, pihak sekolah belum juga memberikan keterangan resmi. Diamnya pihak sekolah justru semakin memperkuat dugaan adanya praktik kotor di balik pengelolaan dana BOS tersebut.
Investigasi di lapangan menemukan fakta mencengangkan. Pengadaan buku perpustakaan yang dianggarkan setiap tahun tidak menunjukkan perkembangan berarti. Koleksi buku nyaris tidak bertambah dan sebagian besar sudah usang bahkan robek. “Bagaimana mungkin setiap tahun ada anggaran buku puluhan juta, tapi isi perpustakaan seperti gudang buku bekas?” ungkap salah satu sumber terpercaya yang meminta namanya dirahasiakan.
Lebih parah lagi, ditemukan dugaan manipulasi jumlah siswa dan data Dapodik. Berdasarkan data resmi, jumlah siswa SDN 078471 mencapai 61 orang, namun saat tim media menghitung langsung di ruang kelas, jumlah siswa aktif hanya sekitar 40 orang. “Kemana 21 siswa lainnya? Ini jelas ada permainan angka,” tegas sumber tersebut dengan nada geram.
Selain itu, papan informasi sekolah tidak mencantumkan nama seluruh guru yang terdata di sistem. Beberapa nama, seperti Yerlina Giawa, diduga terdaftar secara administratif tetapi tidak aktif mengajar. Praktik seperti ini jelas merugikan negara dan mencederai dunia pendidikan. Dana BOS yang seharusnya menjadi darah segar bagi sekolah justru diduga menjadi bancakan oknum tak bermoral.
Masyarakat setempat pun bereaksi keras. Mereka menuntut agar APIP Inspektorat Kabupaten Nias Selatan segera turun tangan melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pengelolaan dana BOS di sekolah tersebut. “Kami muak! Setiap tahun dana cair, tapi sekolah tetap bobrok, WC hancur, dan fasilitas seadanya. Jangan-jangan uangnya menguap ke kantong pribadi,” ujar salah satu tokoh masyarakat dengan nada geram.
Kini, masyarakat menaruh harapan besar kepada Dinas Pendidikan Nias Selatan, khususnya Kabid SD dan PTK, agar bertindak tegas dan tidak menutup mata. Jika benar terbukti ada penyalahgunaan dana BOS, Kepala Sekolah dan pihak terkait harus diperiksa dan diberi sanksi tegas sesuai hukum yang berlaku. Dunia pendidikan tidak boleh menjadi tempat bagi tikus-tikus anggaran yang merampas hak anak-anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Hingga berita ini diturunkan, pihak Dinas Pendidikan belum memberikan tanggapan resmi terkait dugaan skandal memalukan tersebut.
Bersambung….






