Banjarmasin, Kabarkriminal.online –
Sabtu (15/11) siang, cahaya matahari menyapu lembut halaman Masjid Baabut Taqwa ketika Muzani, penghuni Blok E Kamar Santri, melangkah menuju saf bersama para Warga Binaan lainnya. Dikenal tekun beribadah, Muzani selalu menanti momen Zuhur berjamaah sebagai ruang kecil untuk menyegarkan hati dan menata ulang langkah hidupnya.
Dari sudut pandangnya, setiap kumandang azan Zuhur terasa seperti undangan lembut untuk pulang ke ketenangan. Ia menundukkan kepala, merapatkan hati, dan menarik napas panjang seolah ingin meletakkan semua beban yang ia simpan selama ini.
Kepada petugas, Muzani berbagi perasaannya.
“Kalau lagi berdiri di saf, rasanya kayak dikasih kesempatan baru,” ujarnya.
Ia kemudian menambahkan dengan nada yang lebih pelan namun penuh keyakinan:
“Dulu saya sering lalai, tapi di sini saya belajar buat balik lagi pelan, tapi pasti. Jamaah bikin saya merasa ditemani.”
Gerakan salat mengalir lembut: ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud. Bagi Muzani, setiap gerakan adalah pesan bahwa manusia selalu diberi ruang untuk memperbaiki diri.
Ketika salam terakhir diucapkan, ia mengusap wajahnya perlahan. Ada rasa ringan yang tumbuh seperti beban yang perlahan luruh oleh ketulusan sujud.
Salat Zuhur berjamaah di Lapas Kelas IIA Banjarmasin bukan sekadar ritual ibadah. Bagi Muzani, ini adalah ruang sunyi yang menyalakan kembali harapan tempat ia belajar menenangkan batin, memperhalus niat, dan memantapkan langkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik. (Humas Lapas Kelas IIA Banjarmasin)











