Banjarmasin, Kabarkriminal.online –
Minggu (16/11) ini, Noor Muhammad melangkah ke ruang Wartelsuspas dengan hati yang sedikit berdebar. Tempat ini jadi satu-satunya jembatan yang bisa nganterin suaraku keluar dari tembok tinggi Lapas Kelas IIA Banjarmasin.
Operatornya, Adan, ramah banget. Dia cerita kalau pengguna Wartelsuspas minggu ini naik pesat. Dari sekitar 134 orang, sekarang sudah jadi 215 orang. Kenaikan besar ini bikin suasana wartel terasa lebih hidup. Sistem voucher yang dibagikan ke blok-blok, dibantu sama tamping kamtib, bikin semuanya berjalan lebih teratur dan gampang diakses.
Tapi semua angka itu cuma jadi latar belakang buat satu hal:
momen ketika aku bisa denger suara istri dan anakku.
Istriku tinggal jauh di rantau. Karena jarak itu, aku makin ngerasa kalau fasilitas ini bukan sekadar layanan telepon ini oksigen kecil buat hati yang sering kering karena rindu.
Setiap kali layar ponsel di meja Wartelsuspas menyala, aku selalu ambil napas pelan.
Dan saat suara istriku masuk ke telinga rasanya dunia berhenti sebentar.
“Fasilitas ini sangat membantu saya. Bisa dengar suara istri dan anak itu sudah cukup buat bikin hati saya kuat lagi,” begitu batinku setiap selesai menelepon.
Tetap ada harapan yang aku simpan.
“Semoga ke depannya aplikasi yang dipakai bisa dipermudah. Kalau bisa langsung lewat WA tanpa harus pakai aplikasi Kabarin yang kadang bikin ribet.”
Hari ini, Wartelsuspas terasa lebih dari sekadar ruang telekomunikasi.
Buatku, ini tempat di mana rindu pulang untuk sementara. Tempat di mana suara keluarga jadi doa yang terus menguatkan langkahku untuk berubah dan jadi lebih baik. (Humas Lapas Kelas IIA Banjarmasin)











